Pages

Minggu, 10 Maret 2013

Ingin seperti yang lain



Akupun sama seperti yang lain, sama seperti kawan seusiaku. Aku yang sudah mau masuk di umur dewasa kini mulai merasakan penat dalam hati. Ruang gerakku dibatasi, ingin juga seperti kawanku yang bisa mengenal dunia luar yang begitu luas tanpa hars ikut dampak negatifnya. Mempelajari dunia luar adalah salah satu impian yang sejak dulu susah untuk terealisasikan. Kumpul untuk sekedar berbagi ilmu ataupun refresing otak saja juga susah dilakukan.
Mengapa demikian? Aku tak tinggal bersama orang tua. Tinggal bersama tante yang paginya harus melakukan pekerjaan rumah dan sorenya kuliah menimbulkan penat dihati. Ingin teriak! Tapi takbisa, apalagi memberontak. Terima kasih yang luar biasa kepada om dan tanteku yang selama ini sudah mau merawat saya seperti anaknya. Tapi, saya juga butuh kasih sayang orang tua, meski mama sudah tak ada,cukup ayalah yang ada disamping. Tapi, apa daya kasih sayang banyak hilang dan dihabiskan bersama anaknyanya dan istrinya.
Tidak mengapa, ada pengertian dari ku, tapi apakah ada dari adikku? Hal ini yang paling saya takutkan. Jarang mendapat kasih sayang dari kecil membuatnya merasa tak adil. Pernah suatu ketika, iya meluapkan semua isi dihatinya yang sudah dia simpan bertahuntahun dengan air mata yang tertahankan karena ayah yang harus seperti itu. Kurang bersama ayah, bertemupun jarang membuat iya memendam rindu yang begitu dalam untuk mendapatkan kasih sayangnya.  Kasian sekali sayangnya saya tidak bisa berbuat apa-apa. merasa paling bodoh didunia.
Kami bersaudara harus tinggal terpisah.  Tinggal bersama om dan tante. Hanya dengan cara itulah kami bisa melanjutkan sekolah. Semangat sekolah dan terus belajar membuat kami menjadi kuat walau kadang tetap rapuh. Keluarga yang sejak dulu terpisah tak menghilangkan semangat untuk kami sekolah.  
Ingin rasanya memiliki rumah sendiri, berkumpul bersama keluarga bercengkrama, bercanda tawa, namun sayang itu belum kami dapatkan. Mengajukan permintaan untuk dibelikan rumah sendiri dengan ayah masih belum bisa terpenuhi karena biaya hidupnya juga yang begitu tinggi. (semoga Allah memberikan kesehatan dan umur yang panjang padamu pa) Semoga juga Allah mempercepat keinginan kami bersaudara untuk tinggal dirumah sendiri.
Sudah malu rasanya sebesar ini masih duduk dan tinggal bersama om dan tente. Meski om dan tante tidak mengatakan seperti itu, tapi hanya saja saya merasakannya. Mau kost, mending uangnya dikumpul untuk sekolah.  Tinggal dirumah sendiri lebih nyaman. Sepertinya kata-kata ini memang tepat, dengan tinggal dirumah sendiri sepertinya orang tua saya mengerti dengan kemauan saya, berbaur diluar mencari ilmu tanpa harus mengikuti yang negatifnya itu yang saya inginkan. Tidak ada pembatasan ruang gerak. Saya juga ingin seperti mereka.  
Sekiaan….

Tidak ada komentar: